Dari Denpasar kami berangkat hari Senin tanggal 9/4/2009 ( red), pukul 23.00 WITA menuju pelabuhan Benoa, karena dari pihak petugas tiket sudah diultimatum untuk tidak terlambat, kami dengan perbekalan kami tiba di Benoa pukul 23.40 WITA. Benar KM. Awu telah menunggu kami dengan sabar, " syukurlah belum berangkat.... " kata ku dalam hati
" no....., kira-kira kapal nanti akan berangkat jam berapa ? aku bertanya pada suamiku yang duduk sambil menata nafas.
" Tidak tahu....." jawabnya pendek
"............, selamat malam , para penumpang KM. Awu, diberitahukan kepada seluruh penumpang dan Anak Buah Kapal, KM Awu akan diberangkatkan dari pelabuhan Benoa-Bali pada pukul 06.00 WITA dengan tujuan pelabuhan Lembar-Lombok, terima kasih...."
Ah....ternyata pertanyaan saya dijawab oleh bagian informasi, tapi jawaban yang mereka berikan tidak membuat saya senang, dengan berangkat jam 06.00 pagi berarti kami harus menginap di kapal semalam tanpa melakukan perjalanan berarti, dengan begitu waktu kami terbuang dengan percuma.
Sedikit penghiburan saya dapat, setelah saya memperhatikan jam yang tertera pada hand phone menunjukan pukul 01.00 WITA dini hari. Meskipun masih lima jam, setidaknya hari sudah menginjak hari Selasa. Dengan kondisi kapal yang panas, pengap dan penuh dengan asap rokok, saya berusaha memejamkan mata, dengan harapan ketika saya bangun nati kapal sudah berangkat. Hiruk pikuk para penumpang dan pengantar juga asongan, membuat saya susah untuk terlelap. Saya ambil hand phone untuk memastikan pukul berapa?
"......huh...., masih lama " saya menggerutu
Saya perhatikan suami saya, dia sudah dapat tidur, meskipun saya tahu bahwa ia belum nyenyak benar.
" lebih kurang 30 menit kedepan, KM. Awu akan berangkat dengan tujuan pelabuhan Lembar-Lombok........"
Pengumuman yang baru saja di sampaikan membuat saya terbangun dari tidur, begitu juga dengan suami saya. Kebetulan kami mendat tempat tidur tepat didepan kamar mandi deck 3 bagian belakang, lambung kiri kapal sehingga saya tidak perlu susah payah mencari letak kamar mandi. Kapal sedikit lenggang dengan turunya para pengantar, teman deck saya yang tidur berhadapan dengan kami bawaanya begitu banyak, satu los dari atas hingga bawah sarat dengan barang. Ketika saya bertanya kepada mereka akan turun mana ? mereka menjawab akan turun Alor. Ternyata mereka sama jauhnya dengan kami. Dengan penuh semangat saya berniat mandi, berharap dapat menikmati perjalanan yang menyenangkan ini. Jika flash back sudah satu tahun kami tidak melakukan perjalan jauh, apalagi berdua.
Kamar mandi dengan "shower", yang tak begitu bersih, saya rasa wajar untuk kelas ekonomi, tapi....air buanganya itu yang membuat saya sedikit ngeri. Mungkin pembuanganya tidak bagus, sehingga air yang sudah dibuang kembali lagi. Dengan wajah segar pagi itu kami berkeliling kapal dan berakhir di deck 7 bagian belakang, di cafetaria kami duduk menikmati pagi dan mendengarkan musik khas daratan timor. Saya berpikir sang operator ternyata mengerti juga akan kesenangan penumpangnya yang nota bene kebanyakan dari daerah timor. Sambil menunggu makan pagi, kami menyantap bekal yang kami bawa dari rumah.
"............mohon perhatian bmangatagi penumpang kelas ekonomi, makan pagi sudah siap dan dapat diambil di pantry deck 4 "
Dengan semangat saya bergegas menuju deck 4, tapi saya lupa kalau saya tidak tahu dimana deck 4 dan pantry berada, hingga saya bertemu dengan gadis yang tidur dibelakang saya.
" kamu tahu deck 4 tempat mengambil makan pagi ? " tanya saya
Gadis itu menjawabnya dengan anggukan dan senyuman, kemudian saya mengikutinya dari belakang. Wow.....sepaktukuler (red), saya harus mengantri untuk mengambil jatah makan. Hingga tiba giliran saya, saya membayangan makan pagi yang sarat dengan gizi dan memenuhi standart sesuai dengan mahalnya tiket yang harus kami beli. Dengan membawa dua kotak nasi dan dua gelas air mineral saya kembali ke cafetaria. Suami saya sudah menunggu dengan menu apa dia sarapan pagi kali ini. Oh....Tuhan bukannya kami mengecilkan rejeki yang telah engkau beri kepada kami tetapi lihatlahi nasi putih, dengan telur dadar tepung dan kuah garam ini. Angan saya langsung hilang, dan kami berikan salah satu nasi kami kepada gadis yang menemani saya. Dia bernama Theresia, kami biasa memanggilnya Eshi asli Botun berusia 16 tahun, dia kerja di Bali dan sedang pulang kampung.
"Hai.........Eshi, apa kabar? jika kamu baca ini ,kami mengucapakan selamat pesta paskah......"
" kami sekeluarga mengucapkan banyak terima kasih kepada Eshi, salam untuk nenek Eshi dari kami......."
bersambung..................
No comments:
Post a Comment