Monday, June 25, 2012

Si Bau Melalang Buana Menduniakan Indonesia

Si Bau Melalang Buana Menduniakan Indonesia - Kisah dua sahabat yang sama-sama bau. Kenapa aku terlihat seolah begitu kejam sehingga memanggil mereka "Si Bau"?, ya karena mereka memang bau, sungguh jawaban yang tidak rasionalkan? Aku memanggil mereka yang memiliki nama latin Pithecellobium jiringa dan Parkia speciosa Hassk dengan Si Bau karena dalam diri mereka mengandung asam amino yang mengandung unsur sulfur (S) atau nama bekennya belerang. Jika mereka terdegradasi atau terpecah-pecah menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan menghasilkan berbagai komponen flavor yang sangat bau karena pengaruh sulfur tersebut. Salah satu gas yang terbentuk dengan unsur itu adalah gas H2S yang terkenal sangat bau.

Sangat jarang orang mau mengakui kalau salah satu makanan favorit mereka adalah Si bau, apalagi cewek seperti aku. Untuk mengakui bahwa aku suka dan penggemar berat Si Bau, perasaan malu tebal menyelimuti T-T.

Malu?
Ya, aku malu. Soalnya kalau aku habis menikmati mereka aroma nafas dan (maaf) pipis, sangat menusuk hidung. Ketahuan ya......?  OK.OK. Aku ngaku kalau Si Bau kesukaanku itu adalah Si Jengkol dan  sahabatnya Si Petai.









Si Jengkol dan Si Petai, termasuk dalam jenis polong-polongan atau nama kerennya Fabaceae. Dua sahabat karib ini adalah tanaman khas Indonesia. Karena perasaan malu yang dimiliki oleh penikmat Si Bau dan rasa malu itu tidak bersebab, membuat Si Jengkol dan Si Petai jadi kurang exis.



Karena kekurang exisan Si Jengkol dan Si Petai dan tidak semua orang menyukai mereka, para penikmat jengkol khususnya mulai memeras otak mencari ide, agar kedua sahabat ini populer, tidak hanya di daerah Jawa tetapi juga Indonesia bahkan manca negara.

Berdasar alasan-alasan diatas munculah ide membuat kerupuk jengkol. Yap, satu inofasi yang dilakukan putra bangsa agar Si Bau bisa melalang buana seperti rendang, satai, atau nasi goreng. Kenapa harus kerupuk? kenapa bukan semur jengkol saja yang di masyarakatkan?

Alasanya gampang, logikanya memang tidak ada salahnya jengkol diperkenalkan khususnya kepada wisatawan dalam bentuk original (biji) atau sudah diolah seperti semur jengkol, tapi..... masalhanya tidak semua orang suka dengan alasan seperti yang aku jelasin diatas.

Tetapi kalau si jengkol di perkenalkan dan disajikan dalam betuk lain, paling tidak pola pikir orang yang sudah menanamkan bahwa sehabis makan jengkol pasti nafas dan pipis akan bau sedikit berkurang, apalagi kalau jengkol disajikan dalam bentuk kerupuk.

Mayoritas penduduk Indonesia menjadikan kerupuk sebagai teman makan nasi atau camilan.  pernah dengar kata Indonesia adalah surganya kerupuk? Kepopuleran kerupuk tidak kalah dengan tahu dan tempe. Meskipun sedikit mendompleng ketenaran kerupuk, inovasi untuk menduniakan jengkol dalam bentuk kerupuk tentunya sangat tepat. Apalagi bagi orang asing kerupuk seperti crackers jadi bagi mereka untuk menikmati kerupuk jengkol sangatlah tidak sulit.



Dan...., apa yang kalian pikirkan tentang kerupuk jengkol? bau jengkol ? atau berasa jengkol banget?. Ya iyalah namanya juga kerupuk jengkol, pasti rasa dan baunya tetap jengkol. Hanya saja ada tambahan rasa gurih dan sensansi renyah. Dan yang paling penting setelah menikmati kerupuk jengkol napas dan pipis tidak lagi beraroma menyengat. Jengkol tetaplah jengkol dimana setelah memakannya akan menimbulkan bau, jengkol berubah menjadi kerupuk  rasa takut dengan bau jengkol hilang, yang ada tambah, tambah dan tambah.

Hohohoho..... Si Bau makin exsis saja, jalan-jalan memperkenalkan diri kepada masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Bahkan Si Bau sampai nekat jalan-jalan ke benua lain, buktinya turis Australia dan turis Korea keblinger dengan Si Bau yang telah berubah wujut menjadi kerupuk. Jadi makin exislah Si Bau.....
Begitulah cerita Si Bau yang memulai langkah untuk melalang buana mendunikan Indonesia. Sukses terus untuk Si Bau.



No comments:

Post a Comment