Friday, April 12, 2013

Pulang Kampung Bag 3 : Adat Yang Tidak Luntur Dimakan Zaman

Siapa sangka di jaman sekarang masih ada anak-anak muda yang memegang adat istiadat dan pakemnya sama seperti leluhur mereka. Hanya saja sekarang tak sekolot dulu, ada toleransi untuk urusan adat yang sekiranya waktu sekarang sudah susah untuk mendapatkannya.

Menurut para tetua disana saya adalah wanita dari suku Lebuan, kenapa begitu.....? sedikit penjelasan di Waimana terdapat tiga suku besar yaitu suku Piran, Weking dan Lebuan. Laki-laki dari suku Piran akan memperistri perempuan dari suku Lebuan, laki-laki suku Weking memperisrtri perempuan dari suku Piran dan laki-laki dari suku Lebuan mereka memperistri wanita dari suku Weking. Nah.....karena suami saya bermarga/bersuku Piran secara otomatis saya adalah wanita dari suku Lebuan ( berdasarkan penjelasan.red. ) meskipun saya orang Jawa. Dan hal tersebut tidak dapat diganggu gugat atau dibolak balik dengan kata lain menikah secara ngawur.


Mmmm untuk menikah di Waimana  biaya gak murah antara 20-25 juta. sebelum berkat pernikahan,,,, pada malam sebelumnya akan ada acara seserahan. Jangan pikir seserahan yang dibawa sama seperti yang biasa kalian lihat di televisi. Seserahan itu meliputi perlengkapan perempuan dari ujung rambut sampai ujung kaki termasuk CD dan bra serta rok alas. Urusan dapur seperti kopi, gula garam, korek api, sampai kipas tunggku juga di bawa,,,,, pokonya banyak,,,,, dan yang paling heboh adalah hewan hantaran yaitu Babi. Babi yang dibawa bukan babi yang kecil namun babi yang besar, besar kecil babi yang dibawa oleh pihak laki-laki menunjukan harga diri mereka. Dan yang paling penting dari hantaran itu harus ada gading yang merupakan belis atau mas kawin untuk mempelai perempuan.

No comments:

Post a Comment