Wednesday, May 20, 2009

Nelayan Pantai Weru







Pantai Weru tentunya sangat asing bagi wisatawan diluar Flores Timur, salah satu pantai timur yang dimiliki oleh Desa Watotutu-Waimana I, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur memiliki pemadangan yang sangat eksotis dipagi hari, wisatawan dapat menyaksikan sunrise yang begitu indah juga kegiatan petani nelayan. Pukul 07.00 WITA para nelayan yang turun dari rompong membawa hasil tangkapannya, dan para ibu serta para tetangga sudah siap dibibir pantai mennyambut para suami mereka setelah semalaman bertarung dengan tangkapannya. Tapi sayang ketika saya kesana, musim ikan belum waktunya, sehingga hasil tangkapan tak begitu banyak.

Pagi-pagi buta saya sudah berangkat ke pantai ditemani Ina, ipar suami saya. Semalam saya berjanji dengan suami saya untuk menjemputnya di pantai, dan ia berpesan kepada saya supaya jangan terlambat. Suami saya bukanlah seorang nelayan, tetapi dia gila memancing. Sepanjang perjalanan pulang kampung yang dibicarakan hanya memancing dan kelaut. Benar...., hanya satu malam saja ia dirumah langsung turun kelaut. Sampai dipantai ternyata saya bukanlah yang paling awal, di pantai para istri nelayan, tengkulak dan pembeli telah siap dengan kepentingannya masing-masing.

" Syukurlah belum datang..." kataku kepada Ina
" ah....itu kak Endi, kak.! " kata Ina sambil menunjuk perahu motor yang mendekat kepantai
" mana....In...yang mana ? " mataku mencari-cari kapal yang ditunjuk oleh Ina
" itu...kak, nah itu yang berdiri itu kak Endi "
" o.... wah kak Endi kelihatan belopor ( besar/gemuk) sekali kalo begitu " saya mulai bisa mendapati suami saya yang berdiri diatas perahu.

Tak lama perahu motor yang dikemudikan oleh Panus Ama dan diawaki oleh suami saya merapat kepantai. Saya begitu senang melihat suami saya, tapi...kok agak gelap, padahal ia baru turun satu malam. Bak nelayan profesional suami saya menurunkan pukat dari bodi kapal, ternyata hasilnya tak mengecewakan. Kami yang sudah menunggu sedari tadi langsung menyambut hasil tangkapan dan melepaskan ikan yang terjerat pukat. Matahari terasa sangat terik, tetapi mereka dengan senang hati berkerja, bagi orang awam seperti saya yang baru melihat kegiatan nelayan untuk melepasakan satu ikan dari pukat perlu waktu yang lama. Satu pukat telah selesai, pukat berikutnyapun selesai, saatnya pembagian jatah.
" Lho...saya kok juga dapat jatah pembagian ikan ? " tanya saya kepada Ina
" Ya...., karena kak telah bantu mereka melepaskan ikan dari pukat "
" ha...ha...ha...padahal hanya beberapa saja yang dapat saya lepas, selebihnya saya hanya pegang-pegang saja, karena susah "
" ah...mama curang itu, harusnya mama tidak dapat " jawab suami saya yang mendengar percakapan saya dengan Ina
" Ini juga bawa pulang ma...., ikan ini kita punya " kata suami saya sambil menberikan satu ember plastik ikan
" ouw...ouw...ini kita punya? " saya terheran
" ya ! nanti dirumah belah dan jemur, supaya kita bawa pulang ke Denpasar"

Ikan hari ini yang kami dapat cukup banyak, hasil rintas dan pembagian jatah cukup untuk lauk hari ini dan di jemur untuk dijadikan ikan asin.

No comments:

Post a Comment